06 Juli 2009

RUH ORANG YANG MATI MASIH DIBERI KESEMPATAN MENENGOK KUBUR DAN KELUARGANYA

Adapun ruh-ruh orang-orang yang beriman masih diberi kesempatan mundar mandir menengok kuburnya dan sanak keluarganya, sampai setahun lamanya. Apabila lewat satu tahun dipindahkan ditempat lain, penampungan ruh-ruh orang mu'min. Hal ini berlaku bagi ruh-ruh orang mu'min saja.
Kata Ibnu Abbas : Apabila hari-hari Raya besar Islam, seperti tanggal 10 muharram, hari jum'at, tanggal 1 Rajab, pertengahan bulan Sya'ban dan malam "Lailatul-qadr", ruh-ruh orang mu'min diberi kesempatan turun ke bumi, untuk menengok keluarganya. Apabila ia sampai di rumahnya ia cuma bisa berkata akan tetapi yang masih hidup tidak dapat mendengarnya.
"Hai keluargaku, hidupku kini sangat terasing, meskipun kamu tidak melihat aku, tapi aku melihatmu, dan mendengar perkataanmu. Aku tidak membutuhkan makan dan minum daripadamu, akan tetapi yang aku harapkan hanya do'amu".
Hendaklah kamu ingat pada suatu ketika kamu pasti akan mengalami seperti aku. Pergunakanlah waktu hidupmu untuk beribadat dan beramal shalih, berbuat segala macam kebajikan, itulah yang bermanfaat bagi dirimu.
Oleh karena itu, jika didapati anak isterinya rajin ibadat, dan tidak lupa mendo'akan dia, giranglah dia, serta dia lalu mendo'a kepada Tuhan untuk keluarganya. Lalu kembalilah dia pada tempatnya dengan merasa puas hatinya.
Namun sebaliknya, jika dilihatnya keluarganya tidak beribadat atau berlaku maksiat maka kembalilah dia dengan perasaan kecewa dan duka cita.
Oleh karena itu keluarga yang masih hidup jangan lupa akan keluarga yang telah tiada, dengan ucapan "Istighfar mohon ampunan dosanya kepada Alloh Ta'alaa, terutama bagi anak yang orang tuanya telah tiada ialah rajin-rajin mendo'akan ibu bapaknya tiap-tiap hari, atau tiap-tiap lepas shalat lima waktu, sebagaimana yang Tuhan ajarkan di dalam Al-Qur'an :

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

" Ya Tuhan, ampunilah aku dan bagi kedua ibu bapaku, dan kasihanilah mereka berdua, sebagaimana keduanya merawat aku dimasa kecilku."

Ketahuilah Pembaca.
Apabila orang tua kita telah meninggal dunia, maka segala amal perbuatan kita ditunjuki oleh malaikat kepada orang tua kita. Jika amal perbuatan kita yang baik, maka orang tua kita menerima dengan segala senag hati dan mendo'akan kepada kita. Sebaliknya jika perbuatan kejahatan, keduanya akan duka cita dan kecewa. Maka beruntunglah ibu bapak yang mempunyai anak yang shalih yang selalu mendo'akan dia. Sebab si anak bisa besar dan dewasa sampai dia mengerti ibadat dan taat kepada Tuhan berkat didikan orang tuanya.
Kata Nabi Muhammad s.a.w. : "Amal manusia yang tidak putusnya mendapat pahala di sisi Alloh ada tiga perkara" :
  1. AMAL-JARIYAH. Amal jariyah, artinya pekerjaan yang baik umpamanya dia menyumbangkan tenaga atau hartanya atau fikiran kepada masyarakat guna perbaikan atau pembiayaan mesjid, mushola, madrasah, rumah sakit dan sebagainya. Maka selagi mesjid masih digunakan beribadat, dan mushola atau madrasah dipakai orang, maka selama itu pula orang tadi mendapat pahala di sisi Tuhan. Tapi kebanyakan orang berpaham amal jariyah itu hanya untuk agama saja, padahal untuk umum pun termasuk amal jariah juga. Misalnya : Sebuah jalan atau jembatan yang umum dipergunakan mendapat kerusakan, kemudian secara bergotong royong masyarakat setempat beramai-ramai memperbaiki, itu pun termasuk amal jariyah juga. Orang awam berpendapat yang dikatakan amal shalih, adalah cuma shalat dan puasa saja, padahal tidak demikian. Yang dimaksud dengan kata "Amal Shalih" adalah perbuatan yang baik, baik dalam pandangan mata umum dan juga pada pandangan agama. Maka tandanya orang beriman, ialah yang suka melakukan amal kebajikan.
  2. ANAK YANG SHALIH yakni anak yang baik. Sudah jelas jika orang ingin mempunyai anak yang shalih, tidak gampang begitu saja. Maka yang pertama wajib atas orang tua mengajar anaknya dengan pendidikan agama. Selain menyuruh anaknya sekolah umum, juga sekolah agama dan selain dari itu juga orang tua harus memberi cintoh kepada anaknya bagaimana caranya melaksanakan perintah agama. Ingsya Alloh anak itu dapat menyontoh orang tuanya.
  3. ILMU YANG DIAJARKAN KEPADA ORANG LAIN, Adapun yang dimaksud dengan ilmu, adalah bukan ilmu agama saja, dan bukan ilmu untuk belajar shalat dan puasa saja. Ilmu itu adalah umum, ilmu artinya "Pengetahuan" sebagaimana kata Nabi s.a.w. : "Sempurnanya agama dengan ilmu, sempurnaya dunia juga dengan ilmu". Jadi tegasnya ilmu apa saja yang telah diajarkan kepada orang lain sedang orang lain mendapat manfaatnya dari ilmu itu, maka orang pertama yang mengajarkannya jika dia seorang muslim dia mendapat pahala yang tidak ada habisnya dari sisi Alloh Subhanahu Wata'ala. Misalnya orang pandai membetulkan radio kemudian kepandaiannya di ajarkan pada orang lain, lalu orang itu dapat manfaatnya yang digunakan untuk mencari nafkah, maka orang yang mengajarkannya mendapat pahala "Jariyah" dari sisi Alloh Subhanahu Wata'ala.
Para pembaca yang budiman.
Demikianlah maksud tujuan amal jariyah, ya'ni amal yang mengalir pahalanya bagi orang yang telah menyumbang amalnya atau ilmu guna kebaikan dunia dan agama.
Seperti Firman Alloh didalam surat Al-Kahfi ayat 107-108 :

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنَّاتُ الْفِرْدَوْسِ نُزُلًا * خَالِدِينَ فِيهَا لَا يَبْغُونَ عَنْهَا حِوَلًا

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal, * mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah dari padanya."

Alloh telah berpesan dalam Al-Qur'an dalam surat Al-Qasas ayat 77 :

وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ

"janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar